منهج السلف | مَنْهجُ السَّلَفِ

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, Amma ba’du, “sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad , dan seburuk-buruk perkara agama adalah bid’ah dalam agama. Karena semua bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim 2042).

Tentang Profile
shape image
Muslim ITU | أنا مسلم

Wajib Belajar & Menuntut ilmu

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Tholabul ‘ilmi faridhotun ‘alaa kulli muslimin”

“Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim.”
(HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224).

  • yang dimaksud adalah ilmu syar’i
  • yakni ilmu dari Al Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih
  • dan menurut pemahaman para Salafush Shalih
Selengkapnya
A Q I D A H

Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah

‘Aqidah (اَلْعَقِيْدَةُ) menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat. Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Di antara Penamaan ‘Aqidah menurut ulama Ahlus Sunnah adalah:

  • Al-Iman

    ‘Aqidah disebut juga dengan al-Iman sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Muhammad ﷺ, karena ‘aqidah membahas rukun iman yang enam dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
  • ‘Aqidah (I’tiqaad dan ‘Aqaa-id)

    Para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut ilmu ‘aqidah dengan istilah ‘Aqidah Salaf: ‘Aqidah Ahlul Atsar dan al-I’tiqaad di dalam kitab-kitab mereka.
  • Tauhid

    ‘Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar Tauhid atau pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ wa Shifat. Jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu ‘aqidah yang paling mulia dan merupakan tujuan utamanya. Oleh karena itulah ilmu ini disebut dengan ilmu Tauhid secara umum menurut ulama Salaf.
  • As-Sunnah

    As-Sunnah artinya jalan. ‘Aqidah Salaf disebut As-Sunnah karena para penganutnya mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat Radhiyallahu anhum di dalam masalah ‘aqidah. Dan istilah ini merupakan istilah masyhur (populer) pada tiga generasi pertama.
  • Ushuluddin Dan Ushuluddiyanah

    Ushul artinya rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan masalah-masalah yang qath’i serta hal-hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama.
  • Al-Fiqhul Akbar Dan Asy-Syari’ah

    Al-Fiqhul Akbar, ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al-Fiqhul Ashghar, yaitu kumpulan hukum-hukum ijtihadi. Dan Asy-Syari’ah Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya berupa jalan-jalan petunjuk, terutama dan yang paling pokok adalah Ushuluddin (masalah-masalah ‘aqidah).
  • V I D E O

    Tholabul Ilmi

    Kumpulan kajian Islam dan tanya jawab dari Asatidz.
    Bertekad untuk berpartisipasi menjaga kemurnian as-sunnah
    sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad ﷺ dan pemahaman para Shalafus Shalih.

    Fase Kehidupan Manusia

    Perjalanan Menuju Akhirat

    “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing…” Dunia adalah tempat persinggahan sementara dan sebagai ladang akhirat tempat kita mengumpulkan bekal untuk menempuh perjalanan menuju negeri yang kekal abadi itu. Barangsiapa yang mengumpulkan bekal yang cukup, maka dengan izin Allâh Azza wa Jalla dia akan sampai ke tujuan dengan selamat, dan barang siapa yang bekalnya kurang maka dikhawatirkan dia tidak akan sampai ke tujuan. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan sikap yang benar dalam kehidupan di dunia dengan sabdanya: “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan“.

    Timeline
    MASA LEMAH PERTAMA

    Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina ? Kemudian Kami meletakkannya dalam tempat yang kokoh (rahim), sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah Sebaik-baik yang menentukan. [al-Mursalât/77: 20-23].

    MASA KUAT MANUSIA

    Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata. [an-Nahl/16: 4].

    MASA LEMAH KEDUA

    Allâh menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allâh Maha mengetahui lagi Maha Kuasa. [an-Nahl/16:70].

    Rezeki dan Ajal

    • Konsep Rezeki Pertama,

      Semua makhluk – yang berakal maupun yang tidak berakal – rizkinya telah dijamin oleh Allah.

    • Konsep Rezeki Kedua,

      setiap jiwa tidak akan mati sampai dia menghabiskan semua jatah rizkinya.

    • Konsep Rezeki Ketiga,

      hakekat dari rizki kita adalah apa yang kita konsumsi dan yang kita manfaatkan. Sementara yang kita kumpulkan belum tentu menjadi jatah rizki kita.

    • Kesimpulan Rezeki,

      Manusia selalu mengatakan, “Hartaku… hartaku…” padahal hakekat dari hartamu – wahai manusia – hanyalah apa yang kamu makan sampai habis, apa yang kami gunakan sampai rusak, dan apa yang kamu sedekahkan, sehingga tersisa di hari kiamat. (HR. Ahmad 16305, Muslim 7609 dan yang lainnya).

    feature-mob
    • Menghindari Dari Kematian?

      Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. [An Nisa/4:78].

    • Anjuran Mengingat Kematian

      Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.

    • Penyesalan Orang Kafir

      (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata: “Ya, Rabbku. Kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan”. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitan. [Al Mukminun/23 :99-100].

    • Bersegera Beramal

      Hendaklah setiap orang waspada terhadap angan-angan panjang umur, sehingga menangguhkan amal shalih. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Anak Adam semakin tua, dan dua perkara semakin besar juga bersamanya: cinta harta dan panjang umur. [HR Bukhari, no. 5.942, dari Anas bin Malik].

    Tentang Ada Pertanyaan?

    Pertanyaan yang Sering Diajukan

    Mengapa harus manhaj salaf? Mungkin itu pertanyaan yang terlintas di benak kita dan juga pernahkah terbetik pertanyaan ketika kita membaca, “Tunjukilah kami jalan yang lurus” (QS. Al Fatihah : 6), bagaimana jalan yang lurus itu? Itulah jalan yang telah Allah jelaskan pada ayat berikutnya, “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka …” Begitu pula dalam surat lain, “Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, para shiddiqqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS. An Nisaa’: 69).

    Apakah yang dimaksud dengan Manhaj?
    Manhaj secara ringkas artinya CARA BERAGAMA. Manhaj inilah yang nantinya akan mengantarkan, mengarahkan, dan membentuk cara beragamanya seseorang, aqidahnya, ibadahnya, dan seterusnya.
    Kalau begitu manhaj lebih luas daripada aqidah?
    Betul!
    Dan manhaj juga yang menentukan aqidah seseorang?
    Benar! Kalau manhaj saudara sesat dan bathil, maka kesesatan didalam manhaj ini akan terbawa kedalam aqidah dan ibadah saudara.
    Misalnya 1, saudara khawarij, maka
    Misalnya Manhaj saudara khawarij, maka dengan sendirinya aqidah dan ibadah saudarapun secara khawarij.

    Kalau saudara bermanhaj sufi, maka dengan sendirinya aqidah dan ibadah saudarapun sesuai dengan manhaj saudara yaitu sufi.

    Kalau saudara bermanhaj filsafat, maka dengan sendirinya aqidah dan ibadah saudarapun sesuai dengan manhaj saudara yaitu filsafat.

    Kalau saudara bermanhaj dengan manhaj jama'ah tabligh, maka dengan sendirinya aqidah, ibadah, adab dan akhlak saudara akan terbentuk persis dengan manhaj yang saudara anut yaitu jama'ah tabligh.

    Kalau saudara bermanhaj dengan manhajnya kelompok Paramadina pimpinan Nurcholis Majid dan anaknya yang bernama sekte JIL (Jaringan Islam Liberal), maka dengan sendirinya aqidah dan ibadah saudara dan seterusnya sesuai dengan kelompok paramadina, satu aliran bathiniyyah gaya baru yang tujuannya membatalkan syari'at Rabbul 'Alamin.
    Misalnya 2, saudara bermanhaj dengan
    Kalau saudara bermanhaj dengan manhaj-nya Ikhwanul Muslimin, yang mengumpulkan dan menggabungkan hampir dari seluruh firqah sesat yang ada di dalam Islam, maka manhaj saudarapun akan terbentuk sesuai dengan aliran saudara dan tokoh yang saudara ikuti dan idolakan di dalam tubuh Ikhwanul Muslimin yang di dalamnya terdapat bermacam-macam firqah bersama pecahan-pecahannya.

    Kalau saudara berkiblat kepada Hasan Al Banna-pendiri Ikhwanul Muslimin-atau Said Hawa atau Tilmisani dan yang sepaham dengan ketiganya, maka manhaj saudara akan terbentuk menjadi manhaj sufi dan quburiyyun.

    Kalau saudara berkiblat kepada Sayid Quthub, maka manhaj saudara akan terbentuk menjadi manhaj khawarij.

    Kalau saudara berkiblat kepada Muhammad Al Ghazali dan Yusuf Qardhawiy, maka manhaj saudara akan terbentuk manjadi mu'tazilah yang asy'ariyyah atau asy'ariyyah yang mu'tazilah yang bersatu padu dengan jahmiyyah.

    Walhasil, manhaj itulah yang akan menentukan beragamanya seseorang, apakah benar atau salah ?

    Oleh karena manhaj ada yang benar dan salah, yang haq dan yang bathil, maka wajib bagi kita untuk berpegang dengan manhaj yang haq yang telah dikabarkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم di dalam sabdanya, .

    "Yang aku pada hari ini bersama para Shahabatku berada di atasnya".

    Yakni manhaj salaf, yang secara haqiqi mereka inilah yang dinamakan dengan Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
    Bolehkah Menghadiahkan Bacaan Alfatihah?
    Bolehkah menghadiahkan surah al-Fatihah untuk diri sendiri, suami, anak, orang tua yang sudah tiada, dan untuk saudara yang sudah tiada dan yang masih ada?
    Penejelasan 1
    👉🏻 Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah pernah menjawab pertanyaan yang semisal dengan ini. Berikut ini jawaban beliau.

    🤚🏻❌ “Dalam kitab suci Al-Qur’an, Sunnah dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan dari para sahabat yang mulia, tidak ada dalil yang menunjukkan disyariatkannya menghadiahkan bacaan Al-Qur’anul Karim untuk orang tua dan lainnya.

    Yang ada hanyalah Allah mensyaratkan agar seseorang membaca Al-Quran untuk mengambil manfaat dan faedah, serta merenungi makna dan mengamalkannya.

    ● Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

    كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ

    “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Shad: 29)

    قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدًى وَشِفَآءٌۚ

    Katakanlah, “Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.” (Fushilat: 44)
    Penjelasan 2
    ●> Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

    اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ

    “Bacalah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pensyafaat (pembela) bagi pembacanya.” (HR. Muslim no. 804 dari sahabat Abu Umamah radhiallahu anhu)

    ●> Beliau bersabda pula,

    يُؤْتَى بِالْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ تَقْدُمُهُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ، وَآلُ عِمْرَانَ—وَضَرَبَ لَهُمَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةَ أَمْثَالٍ مَا نَسِيتُهُنَّ بَعْدُ، قَالَ: —كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ، أَوْ ظُلَّتَانِ سَوْدَاوَانِ بَيْنَهُمَا شَرْقٌ، أَوْ كَأَنَّهُمَا حِزْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ، تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا “Sesungguhnya Al-Qur’an didatangkan pada hari kiamat bersama para ahlinya (pemiliknya), yaitu mereka yang mengamalkannya, yang didahului oleh surah al-Baqarah dan surah Ali Imran.”

    ●> Sahabat an-Nawwas mengatakan, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membuat tiga permisalan yang tidak aku lupa sampai sekarang. Beliau mengatakan, ‘Seakan-akan keduanya bagaikan dua gumpalan awan putih atau awan (saja) atau bagaikan dua kumpulan burung shawaf yang ingin membela para pemiliknya (yang mengamalkannya)’.” (HR. Muslim no. 805 dari sahabat an-Nawwas bin Sam’an radhiallahu anhu)

    ☝🏻 Artinya, Al-Qur’an diturunkan untuk diamalkan, direnungi, dan untuk dibaca sebagai bentuk ibadah serta memperbanyak bacaannya. ❌ Al-Qur’an tidak diturunkan untuk dihadiahkan kepada orang-orang yang sudah mati atau yang lainnya.

    Saya tidak mengetahui, apa dasar menghadiahkan bacaan Al-Qur’an untuk kedua orang tua dan yang lainnya.

    Sungguh, Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda,

    مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

    “Barang siapa melakukan amalan yang tidak ada tuntunan kami atasnya, maka ia tertolak.” (HR. Muslim dari Aisyah radhiallahu anha)

    ⚠️ Memang, sebagian ulama berpendapat bolehnya hal tersebut. Mereka mengatakan bahwa tidak mengapa menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur’an dan pahala amalan-amalan saleh lainnya. Hal ini dikiaskan dengan sedekah dan doa untuk orang-orang yang sudah mati dan yang lainnya. Namun, yang benar adalah pendapat pertama, berdasarkan hadits-hadits di atas dan yang semakna dengannya. Sekiranya menghadiahkan bacaan Al-Qur’an itu disyariatkan, pasti sudah dinukilkan oleh para ulama salafus shalih.

    Urusan ibadah tidak bisa dikias-kiaskan karena sifatnya adalah tauqifi (mengikuti ada atau tidaknya dalil).

    Ibadah tidak bisa ditetapkan kecuali ada nas (pernyataan) dari kalam Allah atau dari Sunnah Rasul shallallahu alaihi wa sallam, berdasarkan hadis (Aisyah) di atas dan yang semakna dengannya.”

    (Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah 2/244—245, terbitan Darul Bashirah, Mesir)
    Siapakah Salaf Itu?
    Secara bahasa, salaf artinya pendahulu dan secara istilah yang dimaksud dengan salaf itu adalah Rasulullah dan para sahabatnya. Ini bukan klaim tanpa bukti, jika kita cermati ayat di atas, yang dimaksud dengan orang-orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah tidak lain adalah Rasulullah dan para sahabatnya, generasi salaf.

    Nabi yang paling utama ialah Nabi Muhammad, imamnya shiddiqin ialah Abu Bakar, imamnya para syuhada’ ialah Hamzah bin ‘Abdil Muthalib, ‘Umar bin Al Khaththab, ‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib. Dan orang saleh yang paling saleh adalah seluruh sahabat Nabi.

    Merekalah salaf kita, yang jalan mereka (baca: manhaj) dalam beragama itulah yang seharusnya kita ikuti, baik dalam akidah, muamalah maupun dakwah.
    Manhaj Salaf Adalah Jalan Kebenaran
    Allah berfirman, “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas petunjuk baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali” (QS. An Nisaa’: 115)

    Ketika ayat ini diturunkan, orang-orang mu’min yang dimaksud adalah para sahabat Nabi. Bahkan Allah telah meridhai mereka dan orang-orang sesudahnya yang mengikuti mereka serta menjanjikan untuk mereka balasan yang besar. “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, Allah telah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At Taubah: 100).

    Demikianlah, Salafiyyah adalah Islam itu sendiri yang murni dari pengaruh-pengaruh peradaban lama dan warisan berbagai kelompok sesat. Islam yang sesuai dengan pemahaman salaf telah banyak dipuji oleh nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah.
    Manhaj Salaf Adalah Manhaj Ahlus Sunnah
    Penamaan salaf bukanlah suatu hal yang bid’ah. Bahkan Rasulullah telah menegaskan saat beliau sakit mendekati wafatnya, di mana beliau bersabda kepada putrinya, Fathimah, “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, dan sesungguhnya aku adalah sebaik-baik salaf bagimu” (HR. Muslim).

    Para ulama ahlus sunnah dulu dan sekarang banyak menggunakan istilah salaf dalam ucapan dan kitab-kitab mereka. Seperti contohnya ketika mereka memerangi kebid’ahan, mereka mengatakan, “Dan setiap kebaikan itu dengan mengikuti kaum salaf, sedangkan semua keburukan berasal dari bid’ahnya kaum kholaf (belakangan)”.

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam Majmu’ fatawanya bahwa tidak ada aib bagi yang menampakkan madzhab salaf dan bernasab padanya, bahkan wajib menerimanya secara ijma’, karena madzhab salaf itulah kebenaran. Kembali Kepada Manhaj Salaf, Solusi Problematika Umat

    Sungguh, kehinaan dan ketertindasan umat ini akan tercabut dengan kembalinya umat pada agama Islam yang murni, yaitu dengan meniti manhaj salaf.

    Di tengah maraknya perpecahan umat ini di mana banyak dijumpai cara beragama yang berbeda-beda dan saling bertentangan, maka hanya ada satu jalan yang benar yaitu jalan yang sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    Inilah yang kemudian disebut dengan kembali kepada pemahaman yang benar, pemahamannya Rasulullah dan tiga generasi awal umat ini, para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ tabi’in, serta para pengikut mereka yang setia dari kalangan para imam dan ulama. Tidak ada jalan lain untuk mencari kebenaran dan ishlah (perbaikan) yang hakiki melainkan harus kembali kepada pemahaman salaf.

    Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Malik, “Tidak akan baik keadaan umat terakhir ini kecuali dengan apa yang menjadi baik dengannya generasi pertama.”

    Wallahu a’lam.
    MAKNA TAUHID
    Kata ‘tauhid’ dalam bahasa Arab adalah mashdar (kata benda) yang berasal dari kata kerja:

    وَحَّدَ – يُوَحِّدُ – تَوْحِيْدًا

    wahhada – yuwahhidu –tauhîdan, artinya membuat sesuatu menjadi satu. [Lihat Lisânul ‘Arab, Bâb wa ha da; At-Ta’rîfât, hlm. 96; Al-Hujjah, 1/305, 306]

    Adapun secara istilah agama, tauhid artinya mengimani keberadaan Allâh, mengesakan Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan rubûbiyah dan ulûhiyah, dan beriman kepada seluruh nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya. [Lihat Lawâmi’ul Anwâr, hlm. 57; Al-Qaulus Sadîd, hlm. 16; At-Tanbîhât as-Saniyyah, hlm.9; dan Al-Qaulul Mufîd, 1/5]
    TAUHID ADALAH AQIDAH BAWAAN MANUSIA
    Allâh Azza wa Jalla telah menciptakan manusia memiliki fitrah beriman kepada-Nya dan mentauhidkan-Nya. Manusia itu dilahirkan dalam keadaan mengimani keberadaan Allâh Azza wa Jalla bahwa tidak ada yang berhak diibadahi selain Dia, dan tidak ada Rabb selain Dia. Seandainya manusia dibiarkan pada fitrahnya yang asli, dia pasti tumbuh menjadi orang yang mentauhidkanNya. [Lihat: Tafsîr al-Baghawi, 3/482; Tafsîr Ibni Katsîr, 3/688; dan Ma’ârijul Qabûl, 1/91, 93]

    فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

    Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allâh; (tetaplah atas) fitrah Allâh yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allâh. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. [Ar-Rûm/30:30]

    Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

    مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، وَيُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

    Semua bayi dilahirkan di atas fitrah, kemudian kedua orang tuanya menjadikannya beragama Yahudi, Nashrani, atau Majusi. [HR. Al-Bukhâri, no. 1359 dan Muslim, no. 2658]

    Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda meriwayatkan dari Rabbnya, bahwa Allâh Azza wa Jalla berfirman:

    وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ، وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ

    Sesungguhnya Aku (Allâh) telah menciptakan hamba-hambaKu semuanya hanif (lurus; muslim), dan sesungguhnya setan-setan mendatangi mereka lalu menyesatkan mereka dari agama mereka. [HR. Muslim, no. 2865]
    MACAM-MACAM TAUHID
    Allâh Azza wa Jalla telah menyebutkan macam-macam tauhid di dalam banyak ayat di dalam kitab-Nya. Di antaranya adalah firman Allâh Azza wa Jalla di permulaan surat al-Fâtihah:

    الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

    Segala puji bagi Allâh, Rabb semesta alam. [Al-Fâtihah/1: 2]

    Lafazh Allah menetapkan adanya tauhid uluhiyah.

    Lafazh ‘Rabb semesta alam’ menetapkan adanya tauhid rububiyah.

    Juga firman Allâh Azza wa Jalla dalam surat ini:

    الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

    Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. [Al-Fâtihah/1: 3]

    menetapkan adanya tauhid asma’ dan sifat.

    Juga firman Allâh Azza wa Jalla dalam surat yang sama:

    مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ Yang menguasai di Hari Pembalasan. [Al-Fâtihah/1:4]

    menetapkan adanya tauhid rububiyah.

    Dan firman Allâh:

    إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. [Al-Fâtihah/1: 5]

    menetapkan adanya tauhid uluhiyah.



    PEMBAGINAN JENIS TAUHID

    Ayat-ayat yang yang menjelaskan macam-macam tauhid banyak sekali dan gamblang menjelaskan macam-macam tauhid ini.

    Oleh karena itu para Ulama dari kalangan Salaf umat ini dan semua madzhab empat, Hanafiyah, Mâlikiyah, Syâfi’iyah, Hanabilah, mereka semua menjelaskan tiga macam tauhid.

    Tiga macam tauhid ini adalah:
    1. Tauhid Rubûbiyah.
    2. Tauhid Ulûhiyah (Ibadah).
    3. Tauhid Asmâ dan Sifat.

    Sebagian Ulama menyebutkan tiga macam tauhid ini sekaligus, sebagian yang lain menyebutkan sebagian macam tauhid pada waktu pembicaraan tentang permasalahan-permasalahannya.

    Dan sebagian Ulama menjadikan macam tauhid menjadi dua jenis:

    Tauhid fil ma’rifah wal itsbât (tauhid berkaitan dengan pengetahuan dan penetapan), ini mencakup Tauhid Rubûbiyah dan tauhid asmâ’ dan sifat-sifat Allâh).

    Tauhid fit thalab wal qashd, ini adalah tauhid ulûhiyah.

    Kedua pembagian itu benar, diambil dari nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah. [Lihat: Madârijus Sâlikîn, 3/484, karya imam Ibnul Qayyim al-Hanbali; Syarah ath-Thahâwiyah, hlm. 24, karya imam Ibnu Abil ‘Izzi Al-Hanafi; dan Syarah Fiqih Akbar karya imam Mula Ali al-Qari al-Hanafi].
    Timeline
    Statics Kejujuran Iman

    Muhasabah, Kita Yang Mana?

    Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka. Termasuk dalam jujur adalah jujur kepada Allah, jujur dengan sesama dan jujur kepada diri sendiri. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang shahih bahwa Nabi bersabda,

    “Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”

    ???

    Manusia Beriman

    Manusia Kafir

    Manusia Fasik

    Manusia Munafik

    Quotes Interface

    Q U O T E S

    Ajal Itu Dekat Dan Usia Itu Berkurang, Sebaik-baik Bekal Adalah Takwa dan Taubat.

    Ikhtiar (Usaha)

    Mengambil Sebab Tidak Menafikan Tawakkal

    Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Ummat ini telah bersepakat bahwa tawakkal tidak menafikan usaha untuk melakukan sebab (ikhtiar). (Bahkan), tawakkal seseorang tidak sah kecuali dengan mengambil atau melakukan faktor penyebab. Jika tidak demikian, maka tawakkalnya rusak dan sia-sia.

    JUALAN

    • M a a f
    • Masih Dalam
    • Tahap
    • Perencanaan
    • Atau
    • Belum Ada Barang

    MARKETER

    • Travel UMROH dan HAJI
    • Sesuai Sunnah
    • Berpengalaman
    • Amanah
    • Bertanggung Jawab
    • Sesuai Jadwal

    TUTOR

    • Admin
    • MS Office
    • Komputer
    • Aplikasi
    • Konsultasi
    • Dll
    Pernyataan

    PERNYATAAN KAMI

    Agama Islam sudah sempurna, tidak boleh ditambah dan dikurangi. Kewajiban umat Islam adalah ittiba’.

    Allah Azza wa Jalla berfirman:
    الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

    “… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah/5: 3]

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

    “Barangsiapa yang mengada-adakan suatu perkara dalam agama ini tanpa ada tuntunannya maka amalannya tersebut tertolak.” (HR. Bukhari Muslim)

    Moch

    Project Manager

    Tidak ada keluarga yang sempurna. Terkadang kami berdebat, berkelahi, bahkan satu waktu berhenti berbicara satu sama lain. Namun pada akhirnya, keluarga tetaplah keluarga, di mana cinta akan selalu ada.

    Hafi

    Web Developer

    Kita adalah Umat yang oleh Allah dimuliakan dengan Islam, maka kalau kita mencari kemuliaan dengan yang lain maka Allah akan menghinakan kita.

    Perkataan : Umar bin Khattab

    Maulana

    Web Developer

    Harta, jika hanya dimakan maka akan menjadi kotoran, jika hanya disimpan maka bisa jadi rebutan, jika diinfakkan maka akan digantikan dengan yang lebih baik oleh Allah.

    Matelbray

    Web Developer

    “Tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, yaitu apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji dia mungkiri dan apabila diberi amanah dia mengkhianati.” (HR. Bukhari, Kitab-Iman: 32)

    Ambro

    Web Developer

    Dan barangsiapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang Mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.” [an-Nisâ’/4:115]

    Matgiepal

    Web Developer
    Team

    Berikut Team Yang Bersama Kami

    Membangun Rasa Kebersamaan dan Saling Percaya agar Mendapatkan Kualitas Teamwork yang Bagus. Kunci dari menciptakan tim kerja yang solid.

    Moch

    DEVELOPER

    Hafi

    ART DIRECTOR

    Maulana

    CEO SEO

    My.id STUDIO

    COPYRIGHTER

    Ilmu Yang Bermanfaat


    إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

    “Idza matabnu aadama ingqata’a ‘amaluhu illa min tsalaasin: shadaqatin jariatin au ‘ilmin yuntafa’u bihi au waladin shaalikhin yad’ulah.”

    “Jika anak adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara; Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan.”

    (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmizi, An-Nasai, Bukhari dalam kitab Al-Adabul Mufrad, dari Abu Hurairah).

    Semua Postingan
    Copyright © Moch Hafi Maulana My Id | Distribusi By Google

    Form WhatsApp

    This order requires the WhatsApp application.

    Order now